makalah tujuan dan fungsi Al-Qur'an
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Al-Qur’an adalah
wahyu Allah SWT yang berfungsi sebagai mu’jizat bagi Rasulullah Muhammad SAW,
sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim dan sebagai korektor dan penyempurna
terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya, dan bernilai abadi, sebagai pembeda
(furqan), pemberi peringatan, kabar gembira dan pengobat.
Sebagai
mu’jizat, Al-Qur’an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya
orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab
penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan ( insya Allah) pada
masa-masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur’an adalah firman-firman Allah SWT, bukan
ciptaan Nabi Muhammad SAW apalagi ciptaan manusia.
Bahasa Al-qur’an
adalah mu’jizat besar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapihan susunan
katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa
yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa
Al-Qur’an.
1.2.Rumusan Masalah
1.
Jelaskan Kedudukan dan
Fungsi Al-Qur’an ?
1.3.Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi
tugas salah satu mata pelajaran, dan sebagai bahan pedoman untuk menyusun
makalah selanjutnya dengan sempurna, dan sebagai bahan bacaan untuk siswa siswi
MAN 1 Sigli agar lebih mengerti tentang Kedudukan dan Fungsi Al-Qur’an.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.Kedudukan Al-Qur’an Dan
Fungsi Al-Qur’an
A.
Fungsi
Al-Qur’an
1. Pengganti
kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah
2. Tuntunan
serta hukum untuk menempuh kehidupan
3. Menjelaskan
masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat dahulu
4.
Sebagai Obat
Setelah
Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah Al-Qur’an yang terjaga
daripenyimpangan dan pemutarbalikan fakta agar dipakai sebagai petunjuk dan
pedomandalam mengarungi dunia fana ini. Firman Allah SWT :
“Katakanlah hai
manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah (yang) diutus kepada kalian
semua, bahwa Allahlah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada
Tuhan selain Dia yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah
kalian kepada Allah dan rasulNya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan
kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia agar kalian
mendapat petunjuk“ (QS Al-Arof : 158)
Juga disebutkan
firmanya-Nya :
“Maha suci Allah yang telah menurunkan
Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hambaNya, agar menjadi peringatan kepada seluruh
alam” (QS Furqon: 1) Petunjuk pada jalan yang lurus, firman-Nya :
Sesungguhnya
Al-Qur'an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat
lurus.(Al-Isrâ (17) ayat 9)
Sebagai Petunjuk
(Huda)
Allah Ta'ala
telah berfirman,artinya, “Alif laam
miim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa.،¨ (QS. al- Baqarah:1-2)
Dan di
pertengahan surat al- Baqarah Allah juga berfirman,
،”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).،¨ (QS.al- Baqarah:185)
،”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).،¨ (QS.al- Baqarah:185)
Di awal surat
al-Baqarah tersebut Allah Ta'alamenyebut al-Qur'an sebagai petunjuk bagi orang
yang bertakwa sedangkan di pertengahannya disebutkan sebagai petunjuk bagi
manusia, dan ini sifatnya umum baik bagi yang bertakwa maupun yang tidak
bertakwa.
Adapun petunjuk
bagi orang bertakwa, mempunyai arti bahwa mereka mampu mengambil manfaat dan
mengambil faidah dari al-Qur'an itu, serta mereka mampu manjadikan cahaya
al-Qur'an sebagai penerang bagi mereka.
Sedangkan petunjuk bagi manusia, artinya al-Qur'an memberi penjelasan bagi mereka mana jalan yang lurus terbimbing, jika mereka menghendaki jalan lurus tersebut bagi diri mereka.
Sedangkan petunjuk bagi manusia, artinya al-Qur'an memberi penjelasan bagi mereka mana jalan yang lurus terbimbing, jika mereka menghendaki jalan lurus tersebut bagi diri mereka.
Jadi al-Qur'an
merupakan petunjuk dilalah dan irsyad (penjelasan dan bimbingan) bagi seluruh
manusia, dan petunjuk taufiq bagi orang yang bertakwa, khususnya mereka yang
memenuhi panggilan al-Qur'an.
Jadi hidayah itu
ada dua macam, yaitu hidayah taufiq wa 'amal (respon dan aksi). Ini khusus bagi
orang yang beriman, dan hidayah dilalah wa irsyad (bimbingan dan penjelasan)
yang bersifat informatif untuk seluruh umat manusia. Allah Ta'alajuga berfirman
menyifati al Qur'an,artinya, ،
“Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan
petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada
orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala
yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada hari
akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih.،¨ (QS. Al
Israa':9-10)
Allah Ta'ala
menyebutkan al-Qur'an sebagai petunjuk yang paling lurus (aqwam), yaitu kepada
jalan yang paling lurus dan adil yang mengantarkan kepada Allah Ta'ala. Jika
anda menghendaki untuk sampai kepada Allah Azza wa Jalla dan surga Nya maka
anda harus beramal dengan al-Qur'anul Karim.
Al Qur'an
sebagai Ruh.
Di dalam ayat
yang lain Allah menyebut al-Qur'an dengan ruh, dan salah satu makna ruh di sini
adalah segala yang menjadikan hati hidup penuh dengan makna. Sebagaimana
halnnya tubuh, jika di dalamnya ada ruh maka dia akan hidup dan jika ruh keluar
dari badan maka dia akan mati. Allah ƒnberfirman, artinya,
،”Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu/al-Qur'an) dengan perintah Kami.Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.،¨ (QS. Asy Syura:52)
،”Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu/al-Qur'an) dengan perintah Kami.Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.،¨ (QS. Asy Syura:52)
Al-Qur'an adalah
ruh bagi hati, dan ruh hati lebih khusus daripada ruh badan. Allah menamainya
dengan ruh karena dengan al-Qur'an itu hati menjadi hidup. Maka apabila
al-Qur'an telah bertemu dengan hati pasti dia akan hidup dan bercahaya. Dia
akan mengenal Rabbnya, menyembah Allah di atas dasar bashirah (ilmu), takut
kepada-Nya, bertakwa , mencintai-Nya, meninggikan serta mengagungkan-Nya. Ini
dikarenakan al-Qur'an merupakan ruh yang menggerakkkan hati sebagaimana ruh
(nyawa) yang menggerakkan badan.
Jika nyawa masuk
ke dalam badan maka dia akan menggerakkan badan itu serta menjadikannya
hidup.Demikian pula al-Qur'an, jika masuk ke dalam hati maka akan menghidupkan
serta menggerakkan hati untuk takut kepada Allah serta mencintai-Nya.
Sebaliknya jika hati tidak dimasuki al-Qur'an maka akan mati, sebagaimana badan
yang tidak punya ruh.
Maka di sini ada
dua kehidupan dan dua kematian. Dua kematian adalah matinya jasmani dan matinya
hati sedang dua kehiduan adalah hidupnya jasmani dan hidupnya hati. Hidupnya
badan berlaku bagi mukmin dan kafir, orang takwa dan orang fasik, bahkan
seluruh manusia dan hewan tidak ada bedanya. Yang membedakan adalah hidupnya
hati, dan ini tidak didapati kecuali pada hamba Allah yang mukmin dan muttaqin.
Adapun orang kafir dan binatang ternak maka mereka kehilangan hidupnya hati,
meskipun badan dan jasmani mereka hidup.
Al Qur'an
sebagai Cahaya
Allah menamai
al-Qur'an dengan Nur (cahaya), yaitu sesuatu yang menerangai jalan yang
terbentang di hadapan manusia sehingga tampak segala yang ada di hadapannya.
Apakah ada lobang, ataukah duri lalu menghindarinya, dan kelihatan pula jalan
yang selamat sehingga dia manempuh jalan itu.
Orang yang tidak
mempunyai cahaya maka dia berada di dalam kegelapan, tidak bisa melihat lobang
serta duri, tidak mengetahui adanya bahaya karena memang tidak mampu untuk
melihat.
Kita semua tahu
adanya cahaya yang mampu kita lihat, seperti cahaya matahari, lampu,lentera dan
cahaya yang lain. Dengan adanya cahaya inilah kita tahu bagaimana sebaiknya
berjalan di jalanan, di pasar, di rumah dan kita tahu dengan cahaya itu apa
yang perlu untuk kita jauhi dan waspadai.
Akan tetapi
cahaya al Qur'an adalah cahaya maknawi yang memperlihatkan kepada anda apa yang
bermanfaat bagi anda dalam urusan agama maupun dunia, menjelaskan kepada anda
yang hak dan yang batil, menunjukkan jalan menuju surga sehingga anda
menempuhnya berdasarkan cahaya dan bimbingan Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Al-Qur'an adalah
nur maknawi yang dengannya anda dapat membedakan jalan yang terang dari jalan
yang gelap, membedakan jalan surga dari jalan neraka. Dengannya engkau akan
tahu mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya, engkau tahu kebaikan dan
keburukan. Maka al-Qur'an adalah cahaya semesta alam untuk menuju jalan
kesuksesan, kebahagiaan dan kemenangan di dunia dan di akhirat.
Al Qur'an
sebagai Pembeda
Allah Ta'ala
juga menyifati al Qur'an sebagai Furqaan (pembeda) sebagai mana firman-Nya,
artinya,
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan
(yaitu al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam.،¨ (QS. Al Furqaan:1)
Artinya
al-Qur'an membedakan antara yang haq dengan yang batil, antara yang lurus
dengan yang sesat, yang bermanfaaat dan yang berbahaya. Dia menyuruh kita semua
mengerjakan kebaikan dan melarang kita dari perbuatan buruk dan dia memperlihat
kan segala apa yang kita perlukan untuk urusan dunia dan akhirat, maka dia
adalah furqan dalam arti membedakan antara yang hak dengan yang batil.
Al Qur'an
sebagai Obat Penawar
Allah Subhannahu
wa Ta'alaƒn juga menyebut al-Qur'an ini sebagai syifa'(obat penawar), Dia
berfirman, artinya,
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.¨
(QS. Yunus:57)
Dia merupakan
obat bagi penyakit yang bersifat hakiki (yang menimpa badan) dan penyakit yang
sifatnya maknawi (yang menimpa hati). Merupakan obat bagi penyakit badan,
dengan cara membacakannya untuk orang yang sakit atau terkena ain (hipnotis),
kesurupan jin dan semisalnya.
Dengan izin
Allah Subhannahu wa Ta'ala orang yang sakit akan menjadi sembuh jika bacaan
tersebut berasal dari hati seorang mukmin yang yakin kepada-Nya. Apabila
keyakinan yang kuat berkumpul antara orang yang membacakannya dengan yang di
bacakan untuknya maka Allah akan memberikan kesembuhan bagi orang yang sakit
tersebut.
Al-Qur'an juga
merupakan obat bagi penyakit maknawi, seperti penyakit ragu-ragu (syak),
syubhat (kerancuan), kufur dan nifak. Penyakit-penyakit ini jauh lebih
berbahaya daripada penyakit badan.
Penyakit hati
lebih berbahaya daripada penyakit badan karena penyakit badan ujung
penghabisannya adalah mati sedangkan mati itu pasti terjadi dan tidak mungkin
dapat ditolak. Penyakit hati jika dibiarkan terus menerus maka akan menyebabkan
matinya hati , rusak secara total sehingga si empunya hati menjadi seorang
kafir, condong kepada kaburukan , fasik. Dan tidak ada obat baginya selain
daripada al-Qur'an yang telah diturunkan oleh Allah sebagai obat.
Allah Subhannahu
wa Ta'ala berfirman, artinya,
“Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.،¨ (QS. Al
Israa':82)
Allah Subhannahu
wa Ta'ala menjadikan al-Qur'an sebagai obat bagi orang mukmin dan mengkhususkan
itu untuk mereka karena hanya orang mukmin saja yang mampu mengambil manfaat
dan mengambil petunjuk dengan al-Qur'an itu sehingga hilang dari mereka segala
was-was, keraguan dan syubhat dari dalam hati mereka.
Sedang
orang-orang munafik dan orang-orang kafir serta pelaku kemusyrikan maka mereka
tidak dapat mengambil faedah dari al Qur،¦an selagi mereka masih terus menerus
berada di atas kemusyrikan, kemunafikan dan kekufuran mereka. Kecuali jika mau
berhenti dari semua itu dan bertobat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Semoga Allah
Subhannahu wa Ta'ala menjadikan kita semua sebagai ahli al-Qur’an yang
senantiasa membaca, memahami dan mengamalkan isinya.
B.
Kedudukan
Al Qur’an
1. Kitabul
Naba wal akhbar (Berita dan Kabar), QS. An Naba’ (7 : 1-
2. Kitabul
Hukmi wa syariat (Kitab Hukum Syariah), QS. Al Maidah (5) : 49-50
3. Kitabul
Jihad, QS. Al Ankabut (29) : 69
4. Kitabul
Tarbiyah, QS. Ali Imran (3) : 79
5. Minhajul
Hayah (Pedoman Hidup),
6.
Kitabul Ilmi, QS. Al
Alaq (96) : 1-5
Konsepsi inilah
yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju
cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang sangat
mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah
SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
“Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari
da’wah –yaitu generasi sahabat –yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam
sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia secara keseluruhan.
Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya ke atas dunia ini sebagaimana
mereka… Meskipun tidak disangkal adanya beberapa individu yang dapat menyamai
mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam satu
kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode awal dari
kehidupan da’wah ini…”
Cukuplah
kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau
mengatakan dalam sebuah haditsnya :
Dari Imran bin
Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik
kalian adalah generasi yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi
yang berikutnya (tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut
tabiin). (HR. Bukhari)”
Imam Nawawi
secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan generasi pada masaku’
adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga
mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
”Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW
bersabda, ‘Janganlah kalian mencelasahabat-sahabatku.Karena sekiranya salah
seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya ia
tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai setengahnya pun
tidak “(HR. Bukhari).
Sayid Qutub
mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatarbelakangi para
sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiadaduanya di
dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut
: pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai
satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka,
dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya. Kedua, ketika
mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah,
pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun
mereka membacanya hanya untuk mengimplementasikan apa yang diinginkan oleh
Allah dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh
segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka
memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali
terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga
hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang pernah
terlahir ke dunia ini. Disebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka
ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang
sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa
hanya Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia
pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.
BAB
III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pengganti
kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT, Tuntunan
serta hukum untuk menempuh kehidupan, Menjelaskan masalah- masalah yang pernah
diperselisihkan oleh umat terdahulu, Sebagai Obat.
3.2.Saran
Kami harapkan
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi siswa-siswi lainnya
yang membaca makalah ini, sehingga dapat menambah wawasan kita semua tentang
kedudukan dan fungsi Al-Qur’an.
DAFTAR
PUSTAKA
Fahd
bin Muhammad Al-Rummi, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta : Titian Ilahi Press,
1997), h.38
Departemen
Agama Respublik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Toha
Putra), h.231
Drs.
Atang Abd. Hakim, MA., Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya) h.70
1 Comments:
makasih
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home