Penyakit karena HIV/AIDS dan Pencegahannya
1.
HIV/AIDS di
Indonesia
Indonesia
adalah negara yang rawan HIV/AIDS. Penyakit karena HIV/AIDS ditularkan melalui
cairan tubuh manusia (darah, air mani, dan cairan Vagina) yang mengandung Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Penyakit ini sulit disembuhkan, meskipun telah ditemukan obatnya, namun
harganya mahal. Virus HIV merusak sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan
kematian.
Menurut
penelitian, 80% pengguna narkoba dengan jarum suntik mengidap hepatitis B atau
C, 40-50% mengidap HIV/AIDS. Penyakit hepatitis B dan C adalah radang hati
karena virus, yang mudah menjadi kronis dan menjadi penyebab kanker serta
kematian.
Hal-hal yang
menyebabkan Indonesia rawan penularan HIV, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Bandara
internasional, pelabuhan laut yang banyak, dan jaringan jalan raya yang luas,
sebagai pintu masuk dan tempat penyebaran penularan HIV;
b. Mudahnya
lalu lintas penduduk dengan perbatasan antara negara-negara tetangga yang
mempunyai tingkat penyakit HIV/AIDS tinggi;
c. Banyaknya
kelompok berisiko tinggi (pecandu narkoba, wanita/pria tuna susila, dan
homoseks) yang dapat menularkan kepada orang lain termasuk keluarganya;
d. Kecenderungan
perilaku seks bebas.
2.
HIV dalam
Tubuh Manusia
Untuk dapat
berada dalam tubuh manusia, HIV harus masuk langsung ke aliran darah orang yang
bersangkutan. Di luar tubuh manusia, HIV sangat cepat mati. HIV mudah mati oleh
air panas, sabun, dan bahan pencuci hama lain.
Karena HIV
cepat mati di luar tubuh manusia, HIV tidak dapat menular lewat udara seperti
virus lain, misalnya, influenza. Dalam tubuh manusia, HIV hanya berenang pada
sel darah putih tertentu, yang disebut sel T4 yang terdapat pada cairan-cairan
tubuh. Oleh karena itu, HIV dapat ditemukan terutama dalam cairan-cairan tubuh,
yaitu darah, air mani (semen), dan
cairan vagina. Penularan terjadi lewat salah satu atau lebih cairan tubuh itu
dan masuk ke aliran darah seseorang.
Orang yang
mengidap HIV dalam tubuh disebut HIV
positif. Ia belum menunjukkan gejala apapun, sehingga secara fisik tidak
beda dengan orang lain yang sehat. Namun, ia mempunyai potensi sebagai sumber
penularan, artinya dapat menularkan virus itu kepada orang lain.
Untuk
mengetahui apakah seseorang terpapar HIV dilakuakn pemeriksaan laboratorium
dengan mengambil sampel darahnya. Akan tetapi, hal itu baru dapat dilakukan paling sedikit tiga bulan setelah orang itu
terpapar HIV sehingga besar kemungkinan selama masa itu ia telah menularkannya
kepada orang lain.
3.
Penyakit
AIDS
Setelah 5 –
10 tahun tertular HIV, penderita mulai menunjukkan gejala bermacam-macam
penyakit yang muncul karena rendahnya daya tahan tubuh. Barulah ia menderita
penyakit AIDS (Acquired Immune Deficieny
Syndrome).
Syndrome adalah kumpulan gejala, immune
adalah kekebalan, sedangkan acquired
berarti diperoleh atau didapat. AIDS
bukan penyakit keturunan, tetapi didapat karena terinfeksi HIV, AIDS adalah kumpulan tanda dan gejala penyakit akibat
kehilangan atau menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. Dalam tubuh
manusia, sel-sel darah berfungsi melawan dan membunuh kuman atau bibit
penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Jika
seseorang mengidap HIV maka virus ini menghancurkan sel-sel darah putih. Ia
tidak mampu lagi melawan kuman penyakit dan mudah terserang penyakit infeksi
lain.
Penyakit ringan
seperti influenza, misalnya, yang pada orang sehat dapat sembuh dalam waktu
beberapa hari, bagi pengidap HIV dan penderita AIDS, akan menetap dalam waktu
lama, bahkan semakin parah. Ia dapat meninggal karena penyakit infeksi lain
yang sulit disembuhkan.
Dari
perjalanan HIV menjadi AIDS terdapat lima tahapan penyakit, masing-masing
menunjukkan gejala-gejala tersendiri, sebagai berikut :
1. Tahap awal
infeksi HIV : gejala mirip influenza (demam, rasa lemah, lesu, sendi terasa
nyeri, batuk, nyeri tenggorokan, dan pembesaran kelenjar). Gejala ini biasanya
berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja, lalu hilang dengan sendirinya.
2. Tahap tanpa
gejala:
meskipun ia tidak menunjukkan gejala, tetapi pada tes darah ditemukan antibodi
HIV dan disebut HIV +. Masa ini dapat berlangsung bertahun-tahun (5-7 tahun).
3. Tahap ARC
(AIDS Related Complex) : menucul gejala-gejala AIDS. ARC adalah istilah bila didapati
dua atau lebih gejala yang berlangsung selama tiga bulan atau lebih, yaitu
demam disertai keringat malam ; penurunan berat badan lebih dari 10 % dalam
tiga bulan ; kelemahan tubuh yang mengganggu aktivitas sehari-hari ; pembesaran
kelenjar secara lebih luas, diare (mencret) berkala atau terus menerus dalam
waktu lama tanpa sebab yang jelas ; batuk dan sesak napas lebih dari 1 bulan ;
kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan ; sakit tenggorokan dan pendarahan
yang tak jelas sebabnya.
4. Tahap AIDS : muncul
infeksi lain yang berbahaya (TBC, Jamur,dan lain-lain) karena kekebalan tubuh
telah demikian rusak, disebut infeksi
oportunistik. Disamping itu, dapat terjadi kanker kulit dan kanker kelenjar
getah bening.
5. Tahap
gangguan otak / susunan saraf pusat : dapat mengakibatkan kamatian sel otak dan gangguan
mental. Gangguan mental yang terjadi berupa demensia
(gangguan daya ingat), penurunan kesadaran, gangguan psikotik, depresi, dan
gangguan saraf.
4.
Cara Penularan HIV
HIV ditularkan melalui hubungan seksual dengan lawan jenis dan
sejenis, seta lewat darah, seperti
transfungsi darah dan transpalasi organ tubuh yang terinfeksi HIV, pemakai
jarum suntik, atau tato yang mengandung HIV. Ditularkan juga melalui ibu kepada anak yang dalam kandungan, dan
disusui.
Oleh karena itu, orang
yang memiliki resiko tinggi terinfeksi
HIV adalah :
a. Hubungan
seksual yang tidak aman dengan orang yang terinfeksi HIV :
b. Penggunaan
jarum suntik, tindik, tato tidak steril serta pengguna narkoba suntikan dengan
bergantian.
c. Tranfusi
darah yang telah tercemar HIV.
d. Bayi yang
dikandung, dilahirkan, dan disusui ibu yang terinfeksi HIV (30%).
HIV juga dapat ditemukan dalam jumlah sangat kecil dalam air mata, air liur, cairan otak, dan
keringat. Namun, belum ada bukti bahwa HIV dapat ditularkan melalui
cairan-cairan tersebut. HIV juga tidak terdapat dalam air kencing, tinja, dan
muntahan. HIV juga tidak menembus kulit yang utuh, yaitu kulit yang tidak lecet
atau terluka.
Kegiatan
yang dapat menularkan HIV/AIDS
1. Hubungan
seksual tidak aman.

2. Pemakaian
jarum suntik bergantian.

3. Tranfusi
darah terceram.

4. Ibu HIV +
hamil, melahirkan dan menyusui.

Oleh karena
itu, hal-hal yang tidak menularkan HIV adalah sebagai berikut :
1. Bersenggolan
atau berjabat tangan dengan pengidap HIV;
2. Bersentuhan
dengan pekaian dan barang lain bekas penderita AIDS;
3. Penderita
AIDS bersin atau batuk-batuk di depan kita;
4. Mencium pipi
/ dahi;
5. Berenang di
kolam renang atau menggunakan WC yang sama;
6. Melalui
makanan dan minuman, gigitan nyamuk, dan serangga lain.
5.
Pencegahan HIV / AIDS
Banyak
hambatan untuk menanggulangi HIV/AIDS di Indonesia, karena :
a. Jumlah
penderitanya meningkat, tetapi sebagian besar tidak diketahui;
b. Kaitannya
dengan perilaku seksual;
c. Perpindahan
penduduk yang sukar dihindari;
d. Belum ada
obat atau vaksin terhadap HIV;
e. Belum
menjadi prioritas sehingga alokasi biaya sangat rendah;
f.
Ketidakberdayaan kaum wanita / istri terhadap pria/suami.
Oleh karena
itu, pencegahan HIV/AIDS sangat penting, yaitu sebagai berikut :
a.
Pencegahan
melalui kontak seksual
1. Tidak
melakukan hubungan seks sebelum menikah;
2. Hubungan
seks hanya dilakukan melalui pernikahan yang sah;
3. Tidak
berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seks;
4. Jika salah
satu pihak telah terinfeksi HIV, gunakan kondom;
b.
Pencegahan
melalui darah
1. Tranfusi
dengan darah yang tidak tercemar HIV;
2. Sterilisasi
penggunaan jarum suntik dan alat-alat lain yang melukai kulit;
3. Menghindari
menggunakan narkoba;
4. Tidak
menggunakan alat-alat, seperti alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau
cukur, dan sikat gigi bersama dengan orang lain;
5. Mensterilkan
peralatan medis dan non medis yang berhubungan dengan cairan tubuh manusia.
c.
Pencegahan
penularan ibu kepada anak
1. Ibu dengan
HIV + mempertimbangkan kembali kehamilannya;
2. Ibu tidak
dapat menyusui bayinya dengan ASI.
d.
Pencegahan
melalui pendidikan gaya hidup
1. Komunitas,
informasi, dan edukasi pada masyarakat;
2. Menghindari
gaya hidup hedonsitik yang mencari
kesenangan sesaat.
Daftar Pustaka
Economic And
Social Commision For Asia And Pacific. 1995. Community Based Drug Demand Reduction And HIV/AIDS Prevention. A Manual
For Planners, Practioners, Trainers and evaluators. New york : United Nations.
Nunuk
Kusniati, Dra, dkk. 1998. PMS &
HIV/AIDS. Modul 4. Bandung. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
Pedoman Pelatihan dan Modul
Pendidikan Sebaya (Peer Education) dalam Rangka Pendidikan Pencegahan HIV/AIDS di
Lingkungan Pendidikan Tinggi (Untuk Mahasiswa). 1997. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
& The AIDS Control & Prevention (AIDSCAP) Project, Family Health
International. Jakarta.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home