Kerajaan Safawiyah
A. Asal Usul Bangsa Safawi
Kerajan Safawi bermula dari gerakan
tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi
nama Safawiyah karena pendirinya bernama Syech Safuyudin Ishaq (1252-1334)
seorang guru agama yang lahir dari sebuah keluaraga Kurdi di Iran Utara. Beliau
merupakan anak murid seorang imam Sufi yiaitu Sheikh Zahed Gilani (1216–1301,
dari Lahijan.) Safi Al-Din kemudiannya menukar Ajaran Sufi ini kepada Ajaran
Safawiyah sebagai tindak balas kepada pencerobohan tentera Mongol di wilayah
Azerbaijan
Pada mulanya
gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan
golongan Ahl al-Bid’ah Namun pada perkembangannya, gerakan tasawuf yang
bersifat lokal ini berubah menjadi gerakan keagamaan yang mempunyai pengaruh
besar di Persia, Syria dan Anatolia. Di negeri-negeri yang berada di luar
Ardabil inilah, Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang diberi gelar
Khalifah untuk memimpin murid-murid di daerahnya masing-masing.
Gerakan Safawi mewakili sebuah
kebangkitan Islam Populer yang menentang dominasi militer yang meresahkan dan
bersifat eksploitatif. Tidak seperti gerakan lainnya,gerakan Safawiyah memprakarsai
penaklukan Iran dan mendirikan sebuah baru yang berkuasa dari 1501 sampai 1722.
Sang pendiri mengawali gerakannya dengan seruan untuk memurnikan dan memulihkan
kembali ajaran Islam.
Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah
mencapai puncak kejayaan, kerajaan Safawi di Persia masih baru berdiri. Namun
pada kenyataannya, kerajaan ini dapat berkembang dengan cepat. Nama safawi ini
terus dipertahankan sampai tarekat Sfawiyah menjadi gerakan politik dan menjadi
sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi. Dalam perkembangannya, kerajaan
Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki Usmani
Kerajaan Safawi mempunyai perbedaan
dari dua kerjaan besarislam lainnya seperti kerajan Turki Usmani dan Mughal.
Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut Syi’ah dan dijadikan madzhab Negara.
Oleh karena itu, kerajaan Safawi dianggap sebagai peletak dasar pertama
terbentuknya Negara Iran dewasa ini.
B. Perkembangan Kerajaan Safawi
Dalam perkembangannya Bangsa Safawi
(tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadapajaran-ajarannya. Hal ini ditandai
dengan kuatnya keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan berkuasa mereka
dapat menjalankan ajaran agama yang telah mereka yakini (ajaran Syi’ah). Karena
itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur,
fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain
Syiah.
Bermula dari perajurit akhirnya mereka
memasuki dunia perpolitikan pada masa kepemimpinan syah al junaid. Dinasti
safawi memperluas geraknya dengan menumbuhkan kegiatan politik di dalam
kegiatan kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik dengan
penguasaan kara koyunlu(domba hitam), salah satu suku bangsa turki yang
akhirnya menyebabkan kelompok junaid kalah dan di asingkan kesuatu tempat. Di
tempat baru ini ia mendapatkan perlindungan dari penguasa Diyar bakr, AK
–Koyunlu juga suku bangsa turki. Ia tinggal diistana Uzun hasan, yang ketika
itu menguasai sebagian besar Persia.
Tahun 1459 M, Junaid mencoba merebut
Ardabil tapi gagal. Pada tahun 1460 M. Ia mencoba merebut Sircasia tetapi
pasukan yang dipimpinya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam
pertempuran tersebut. Penggantinya diserahkan kepada anaknya Haidar pada tahun
1470 M, lalu Haidar kawin dengan seorang cucu Uzun Haisan dan lahirlah ismail
dan kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi dan mengatakan bahwa
Syi’ahlah yang resmi dijaadikan mazhab kerajaan ini. Kerajaan inilah dianggap
sebagai peletak batu pertama negara Iran.[1]
Gerakan Militer Safawi yang dipimpin
oleh Haidar di pandang sebagai rival politik olehAK Koyunlu setelah ia menang
dari Kara Koyunlu (1476 M). Karena itu, ketika Safawimenyerang wilayah
Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuanmiliter kepada
Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan ia terbunuh.
Ali, putera dan pengganti Haidar,
didesak bala tentaranya untuk menuntut balas ataskematian ayahnya, terutama
terhadap AK Koyunlu. Akan tetapi Ya’kub pemimpin AK Koyunlu menangkap dan
memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim, Ismail dan ibunya di Fars
(1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putera mahkota AK Koyunlu dengan
syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah dapatdikalahkan,
Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Namun, tidak lama kemudian Rustam berbalik
memusuhi dan menyerang Ali bersaudara dan Ali terbunuh (1494 M)
Periode selanjutnya, kepemimpinan gerakan Safawi di
serahkan pada Ismail. Selama 5 tahun, Ismail beserta pasukannya bermarkas di
Gilan untuk menyiapkan pasukan dan kekuatan. Pasukan yang di persiapkan itu
diberi nama Qizilbash (baret merah).
Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash
dibawah pimpinan Ismail menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu (domba putih)
di sharur dekat Nakh Chivan. Qizilbash terus berusaha memasuki dan
menaklukkan Tabriz, yakni ibu kota AK Koyunlu dan akhirnya berhasil dan
mendudukinya. Di kota Tabriz Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama
Dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail I
Ismail I berkuasa kurang lebih 23 tahun
antara 1501-1524 M. Pada sepuluh tahun pertama ia berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya, Buktinya ia dapat menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di
Hamadan (1503 M), menguasai propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd
(1504 M), Diyar Bakr (1505-1507 M) Baghdad dan daerah Barat daya Persia (1508
M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan. Hanya dalam waktu sepuluh tahun itu wilayah
kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur
.
Safawiah menegaskan persekutuan meraka
dengan Syi’ah dan Syah Ismail ,menytakan bahwa dirinya adalah sebagai sang imam
tersembunyi,sebagai reinkarnasi dari Ali, dan sebagai simbol wujud ketuhanan.
Ismail mengkelaim sebagai keturunan dari imam ketujuh, dan sebagai generasi
ketujuh dalam garis keturunan Safawiah,dimana setiap imam secara berurutan
merupakan pembawa cahaya ketuhanan yang disampaikan dari satu generasi
kegenerasi yang lainnya. Dengan kecendrunganya kepada sin kereatisme relegius
dari beberapa gerakan sufi yangtelah berlangsung selama dua abad di Iran barat,
dan dengan menggabungkan beberapa pengaruh keagamaan yang berbeda beda,
termasuk Syi’isme, mesiannisme,Sunni dan Budhisme. Ismail juga menyatakan secara
tegas bahwa dirinya adalah reingkarnasi dari Khidir, pembawa kebijaksanaan masa
lampau, dan sebagai ruh Yesus. Dengan diterangi cahaya ketuhanan yangmana
cahaya tersebut mendahului alquran dan penciptaan alam semesta ini, yang
diturunkan oleh keluarga nabi untuk ditubuhkan didalam diri Ismail, maka ia
menjadi seorang mesiah,Syah,pemilik kekuasaan temporal dan sekaligus pemilik
kerajaan mistikal. Berdasarkan beberapa klaim keagamaan ini, tokoh tokoh
Syafawiah menuntut sebuah kepatuan absolut dan tanpa keraguan absolut dari para
tokoh sufi mereka [2]
Isma’il memberlakukan faham Syi’ah
sebagai madzhab resmi negara. Untuk menerapkan keinginannya ini ia kerap
mendapat tantangan dari Ulama’ Sunni. Pertentangan ideologi muncul akibat
penerapan faham Syi’ah ini. Syah Isma’l tidak segan segan menerapkan faham ini
dengan tindakan kekerasan. Di Baghdad dan Herat, misalnya, Syah Isma’il
membunuh secara kejam para Ulama’ dan sastrawan sunni yang menolak ideologi
Syi;ah. Akibatnya hinga beberapa dekade kemudian para penganut Sunni di
Kurasan, misalnya, harus menyembunyikan identitas Sunni mereka atau
mempraktekkan tradisi Sunninya secara sembunyi-sembunyi.
Ima’il adalah orang yang sangat berani
dan berbakat. Ambisi politiknya mendorong untuk menguasai negara lain sampai
Turki Usmani. Namun dalam peperangan ia dikalahkan pasukan militer Turki yang
lebih unggul dalam kemiliteran. Karena keunggulan militer kerajaan Usmani,
dalam peperangan ini Isma’il mengalami kekalahan, malah Turki Usmani dibawah
pimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan Safawi terselamatkan
oleh pulangnya sultan Salim ke Turki karena terjadi perpecahan dikalangan
militer Turki di negrinya
Kekalahan akibat perang dengan Turki
Usmani ini membuat Isma’il frustasi. Ia lebih senang menyendiri, menempuh
kehidupan hura-hura dan berburu. Keadan itu berdampak negatif bagi kerajaan
Safawi dan pada akhirnya terjadi persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat
memimpin kerajaan Safawi antara suku-suku Turki, pejabat keturunan Persia dan
Qizibash.[3]
Rasa pemusuhan dengan Kerajaan Usmani
terus berlangsung sepeninggal Ismail I, peperangan antara dua kerajaan besar
Islam ini terjadi beberapa kali pada masa pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M),
Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda (1577-1567M). Pada masa tiga
raja tersebut kerajaan Safawi mengalami kelemahan. Hal ini di karenakan sering
terjadinya peperangan melawan kerajaan Usmani yang lebih kuat, juga sering
terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan Safawi sendiri.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi:
Nama Syah
|
Tahun Masehi
|
Tahun hijri
|
Isma’il I
Thahmsap l
Isma’il ll
Muhamad Khudabanda
Abbas l
Shafi l
Abbas ll
Sulayman l (Shafi ll)
Husayn l
Thahmasp ll
Abbas lll
Sulayman ll
Isma’il lll
Husan ll
Muhammad
|
1501
1524
1576
1578
1588
1629
1642
1666
1694
1722
1732
1749
1750
1753
1786
|
907
930
984
985
996
1038
1052
1077
1105
1135
1145
1163
1163
1166
1200
|
C. Masa Kejayaan Kerajaan Safawi
Kondisi Kerajaan Safawi yang
memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi ke lima, Abbas 1 naik
tahta(1588-1628). Popularitas Abbas 1 ditopang oleh sikap keagamaannya. Ia
terkenal sebagai seorang Syi’ah yang shaleh. Sebagai bukti atas kesalehannya
adalah bahwa dia sering berziarah ketempat suci Qum dan Masyhad . Disamping itu
Ia pun melakukan perubahan struktur birokasi dalam lembaga politik keagamaaan.
Lembaga sadarat secara berangsur-angsur dagantikan oleh lembaga Ulama
yang dipimpin oleh seorang syichul Islam. Dalam tradisi Sunni lembaga tersebut
menunjukkan pemisahan struktur kekuasaan politik antara Ulama dan Umara. Abbas1
telah berhasil menciptakan kemajuan pesat dalam bidang keagamaan, yang membuat
ideologi Syi’ah semakin dikukuhkan.[4]
Langkad-langkah yang ditempuh oleh Abbas l dalam rangka
memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1. Berusaha
menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru
yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia,Armenia,dan
Sircassia
2. Mengadakan
perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah
Azerbaijan,Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga
Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakr,Umar, dan Usman) dalam khutbah-khutbah
Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas memyerahkan saudara sepupunya
Haidar Mirza sebagai sandra di Istambul.[5]
Semenjak masa Syah Abbas ,
pedagang-pedagang Armenia dengan bersekutu dengan Inggris ,Prancis, Belanda,dan
dengan dukungan dari samg Syah, tengah bersaing dengan pihak Usmani dan
Portugis dalam perdagangan barang-barang sutra, karpet wool,kain selendang,dan
porselin. Meskipun demikian, pada akhir abad tujuh belas pedagang-pedagang
Eropa pada dasarnya telah menguasai perdagangan Iran dan sejimlah keuntungan
Ekonomis dari perdagangan dunia agaknya telah lepas dari Iran.
Kunci dari program administrasi dan
ekonomi Syah Abbas adalah pembentukan ibukota baru yang besar Isfahan. Isfahan
merupakan kota yang sangat pentibg bagi tujuan politik dan ekonomi bagi negara
Iran yang memusat dan bagi legitimasi dinasti Safawiyah. Safawiyah membangun
kota baru terdebut mengitari Mydani-Syah,yakni sebuah alun-alun yang besar yang
luasnya sekitar 160×500 meter. Alun-alun tersebut berfungsi sebagai pasar
tempat perayaan dan sebagai lapangan permainan polo. Ia dikelilingi oleh
sederetan toko bertingkat dua, dan sejumlah gedung utama pada setiap sisinya.
Pada sisi bagian timur terdapat Masjid Saikh Lutfallah, yang mulai dibangun
pada 1603 dan selesai pada 1618, merupakan sebuah oratorium yang disediakan
sebagai tempat peristirahatan pribadi Syah.
Sejumlah bazar di Isfahan sangat
penting kedudukannya bagi perokonomian negara, sebab ia nerupakan pusat
produksi dan kegiatan pemasaran dan mereka berada didalam pengawasan petugas
perpajakan negara. Ibukota tersebut juga sama pentingnya bagi vitalitas
Islam-Iran. Pada tahun 1666, menurut keterangan seorang pengujung bangsa
Eropa,Isfahan memiliki 162 masjid,48 perguruan, dan 273 tempat pemandian umum,
yang hampir seluruhnya dibangun oleh Abbas I dan penggantinya Abbas II
(1642-1666) Di bawah pemerintahan Abbas I Kerajaan Safawi mencapai kekuasan
politiknya yang tertinggi. Pemerintahannya merupakan sebuah pemerintahan
keluarga yang sangat dihormati dengan deorang penguasa yang didukungoleh
sejumlah pembantu,tentara administrator pribadi. Sang penguasa saecara penuh
mengendalikan birokrasi dan pengumpulan pajak, memonopoli kegiatan industri dan
penjualan bahan-bahan pakaian dan produk lainnya yang penting, membangun
sejumlah kota besar , dan memugar sejumlah tempat keramat dan jalan-jalan
sebagai ekspresi dari kepeduliannya terhadap kesejahteraan rakyatnya.[6]
Di bidang politik, keberhasilan
menyatukan wilayah-wilayah Persia dibawah satu atap, merupakan kesuksesanya di
bidang politik. Betapa tidak, karena sebelumnya wilayah Persia terpecah dalam
berbagai dinasti kecil yang bertaburan dimana-mana, sehingga para sejarawan
berpendapat bahwa keberhasilan Shafawiyah itu merupakam kebangkitan
nasionalisme Persia.[7] Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi
tidak hanya terbatas dibidang politik , melainkan bidang lainnya juga mengalami
kemajuan . Kemajuan-kemajuan itu antara lain:
1.Bidang Ekonomi
Kemajuan ekonomi dicapai terutama setelah
kepulauan Hurmua dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi bandar Abbas.
Dengan dikuasainya Bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara timur
dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis sepenuhnya
jadi milik Kerajaan. Sektor pertanian juga mengalami kemajuan terutama didaerah
bulan sabit subur.[8]
Letak Geografis Persia yang setrategis
dan sebagian wilahnya yang subur sehingga disebut sebagai daerah bulan sabit
subur , membuat mata dunia internasional pada saat itu memusatkan perhatiannya
ke Persia. Portugal, Inggris, Belanda, dan Prancis berlomba-lomba menarik
simpati istana Safawiyah. Bahkan Inggris telah mengirim duta khusus dan ahli
pembuat senjata modern guna membantu memperkuat militer Safawiyah.
2.Bidang Ilmu Pengetahuan
Kemajuan di bidang tasawuf ditandai
dengan berkembangnya filsafat ketuhanan (al-Hikmah al-ilahiyah) yang
kemudian terkenal dengan sebutan filsafat ’’pencerahan’’. Adapun tokoh
terbesarnya adalah Mulla Sadra.[9]
Sepanjang sejarah Persia dikenal
sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis
istana yaitu Baha al-Din al-Sayrazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din
al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir ibn Muhammad Damad,filosof,ahli
sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan obdervasi tentang kehidupan
lebah.[10] Selain itu ada juga Bahauddin
al-’Amali bukan saja seorang ahli teolog dan sufi, tapi ia juga ahli
matematika, arsitek, ahli kimia yang terkenal. Ia menghidupkan kembali studi
matematika dan menulis naskah tentang matematika dan astronomiuntuk
menyimpulkan ahli-ahli terdahulu.Ia ahli agama terhir dalam idlam yang juga
ahli matematika ternama.[11]Dalam bidang ilmu pengetahuan ,
kerajaaan Safawi dapat dikatakan lebih maju dibanding Mughal dan Usmani
3.Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Kemajuan bidang seni arsitektur
ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan
sebagai ibukota kerajaan. Sejumlah Masjid,sekolah, rumah sakit, jembatan yang
memenjang diatas Zende Rud dan isana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah
dengan kebun wisata yang tertata apik.
Sejumlah kekurangan yang menyertai
keberhasilan Syah Abbas yaitu, Abbas tidak pernah berhasil dalam menegakkan
sebuah rezim yang benar-benar memusat. Beberapa kebijakannya dalam bidang
administratif dan kemiliteran yang mengurangi tokoh-tokoh Turki tidak pernah
berhasil menggeser kedudukan mereka. Kebijakannya dalam pergdagangan hanya
berhasil dalam sesaat; beberapa progam keagamaan dan artistiknya mestilah
disesuaikan dengan kebijakan yang lain . Akhirnya para elite perkotaan dan tuan
tanah perkampungan juga terlalu lemah untuk mendukung sebuah negara yang
memusat.
Beberapa perayaaan di bulan Muharram
menjadi pusat seremonial dalam kalender keagamaan Syi’ah. Pembacaan kisah Hasan
yang sangat memilukan hati, beberapa mata acara meliputi arak-arakan masa,
pertunjukan yang sangat mengasyikkan, pidato dan pembacaan sya’ir-sya’ir
ratapan, melambangkan rasa berkabung dan perasaan bersalah atas kematiannya.
Beberapa kelompok ketetanggaam, geng-geng pamuda, dan beberapa faksi keagamaan
berlomba-lomba dalam pemujaan terhadap Husayn bahkan sampai menimbulkan
pertumpahan darah. Demikianlah Syi’isme telah menyalin seluruh sensibilitas
keagamaan yang kompleks yang sebelumnya telah berkembang dalam Sunnisme. Dengan
demikian ia telah menjadi sebuah alternatif versi Islam yang kompherensif.[12]Peta Kerajaan Safawi:
D.Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan safawi
Kemunduran pemerintahan pusat telah
berlangsung sepeninggal Abbas l. Setelah Abbas I tidak ada seorang pun yang
memiliki visi ataun kecakapan sebagaimana Abbas, lebih- lebih setelah
perjanjian dengan pihak Usmani pada tahun 1639, pasukan militer Safawiyah terbengkalai
dan terpecah menjadi sejumlah resimen kecil dan lemah. Pada akhir abad tujuh
belas, pasukan militer Safawiyah tidak lagi menjadi sebuah mesin militer yang
berguna. Adminitrasi pusat juga mengalami perpecahan, dan beberpa prosedur
penertiban pajak dan distribusi pendapatan negara menjadi tidak terkendalikan.
Melemahnya pemerintahan pusat memungkinkan bangkitnya sejumlah pemberontakan
otoritas Safawiyah. Pada abad delapan belas Iran telah dilanda kondisi anarkis.
Di antara pihak yang memperebutkan kekuasaan politik yang paling besar adalah
rezim Afghan,Afshar, Zand, dan Qajar. Pada tahun 1724, Ghalzai Afghan mengambil
alih kekuasaan atas Isfahan. Selanjutnya Iran diserang oleh Usmani dan bangsa
Rusia yang berbatasan dengannya. [13]
Pemberontakan bangsa Afghan tersebut
terjadi pertama kali pada tahun 1709 M ,dibawah pimpinan Mir Vays yang berhasil
merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil
di Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir mahmud dan
ia dapat memperasatukan pasukan Ardabil, sehimgga ia mampu merebut negri-negri
Afghan dari kekuasaan Safawi.
Karna desakan dan ancaman Mir
Mahmud,Syah Husain akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya
menjadi gubernur di Qandahar dengan gelar Husai Quli Khan (budak husain).dengan
pengakuan ini,Mir mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun 1721 M, ia dapat
merebut Kirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Syah
Husain menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 oktober 1722 M Syah Husain
menyerah dan 25 oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh
kemenangan.[14]
Salah seorang putra Husain,bernama
Tahmasp II, mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia,memproklamasikan
dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaanya
di kota Astarabat. Tahun 1726 M, Tahmasp ll bekerjasama dengan Nadir Khan dari
suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan.
Asyraf, pengganti Mir Mahmud,yang berkuasa di Isfahan di gempur dan dikalahkan
oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan
itu. Dengan demikian dinasti Syafawi mulai berkuasa. Namun,pada bulan Agustus
1732 M, Thahmasap ll dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas lll
(anak Tahmasp ll) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah
itu,tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja
menggantikan Abbas lll. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan dinasti safawi di
persia. [15]
Adapun sebab- sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan
Safawi adalah:
1. Adanya konflik
yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang
bermadzhab Syi’ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani
2. Terjadinya
degradasi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaan Safawi, yang juga ikut
mempercepat proses kehancuran kerajaan ini.
3. Pasukan Ghulam
(budak-budak) yang dibentuk Abbas l ternyata tidak memiliki semangat perjuangan
yang tingi.
4. Seringnya
terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana.
Selain hal tersebut di atas,pada abad 17
beberapa kalangan Ulama Syiah tidak lagi mau mengakui bahwa Safawiyah telah
mewakili pemerintahan sang imam tersembunyi.pertama,Ulama mulai meragukan
otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun tersebut sebagai penanggung
jawab pertama atas ajaran islam Syiah. Kedua, selaras dengan keyakinan
Syiah,bahkan semenjak masa keghaiban besar tahun 941 sang imam tersembunyi
tidak lagi terwakili di muka bumi oleh Ulama.Selanjutnya Ulama menegaskan
bahwasannya Mujtahid menduduki otoritas keagamaan yang tertinggi.
Kehancuran rezim ini juga di sebabkan
sejumlah perubahan yang luar biasa dalam hal hubungan negara dan
agama.Safawiyah semula merupakan sebuah gerakan,tetapi setelah berkuasa rezim
ini justru menekan bentuk bentuk millenarian islam sufi seraya cenderung kepada
pembentukan lembaga ulama negara. Safawiyah menjadikan Syiisme sebagai agama
resmi Iran, dan mengeliminir pengikut sufi mereka sebagai mana yang dilakukanya
terhadap ulama sunni.
Krisis abad 18 mengantarkan kepada
berakhirnya sejarah Iran pramodern. Hampir diseluruh wilayah muslim, priode
pramodern yang berakhir dengan Interfensi, penaklukan bangsa eropa, dan dengan
pembentukan beberapa razim kolonial, maka dalam hal ini konsolidasi ekonomi dan
pengaruh politik bangsa eropa telah didahului dengan kehancuran Inperium
Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama. Demikianlah, Rezim safawiyah telah
meninggalkan warisan kepada Iran modern berupa tradisi persia perihal sistem
kerajaan yang agung, yakni sebuah rezim yang dibangun berdasarkan kekuatan uymaq
atau unsur unsur kesukuan yang utama, dan mewariskan sebuah kewenangan
keagamaan syiah yang kohesif, monolitik dan mandiri.[16]
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home