Obat sistem saraf pusat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bagaimana kita bisa merasakan sakit ketika di cubit?,
bagaimana terjadi reflek ketika tangan tersulut api?, bagaimana kita melihat,
mendengar dan lain sebagainya? mungkin jawabannya ada dalam pembahasan berikut, makalah ini
akan membahas tentang
sistem saraf.
Sistem koordinasi merupakan suatu
sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi.
Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan
kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan. Setiap
rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di
otak. Kemudian otak akan meneruskan
rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
1.2.Rumusan Masalah
2.
Apa
pengertian dari sistem saraf pusat?
3.
Apa
saja obat untuk sistem saraf pusat?
1.3.Tujuan Penulisan
2. Untuk
mengetahui pengertian sistem saraf pusat.
3. Untuk
mengetahui apa saja obat untuk sistem saraf pusat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.DEFINISI SISTEM SARAF PUSAT
Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia
yang merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan
sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat
yang dapat merangsang serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi
daerah korteks otak-depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan
kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh
senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau
sentral dan sistem saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti
sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor,
kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan
oleh perangsangan rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan
reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat
dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya
sedatif hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP disebut analeptika.
Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat
berdasarkan efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
Ø merangsang atau menstimulasi yang
secara langsung maupun tidak langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang
belakang beserta syarafnya.
Ø menghambat atau mendepresi, yang
secara langsung maupun tidak lansung memblokir proses proses tertentu pada
aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan
efek yang sangat luas (merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara
umum). Kelompok obat memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik
antipiretik khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh
jelas.
2.2.Klasifikasi Sistem Saraf Pusat
Obat
yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan besar, yaitu:
1.
Psikofarmaka
(psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau menghambat
fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa dan tranquillizers,
dan antipsikotika); Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni
antidepresiva dan psikostimulansia (wekamin)).
2.
Untuk
gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan
penyakit Parkinson.
3.
Jenis
yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal.
4.
Jenis
obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002).
Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya
dengan mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap (tergantung kerja
transmitter)
2.3.OBAT PERANGSANG SISTEM SARAF PUSAT
1.
AMFETAMIN
Indikas
: untuk narkolepsi, gangguan penurunan
perhatian
Efek samping : Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur,
gelisah, tremor, iritabilitas dan beberapa masalah kardiovaskuler (Tachicardia,
palpitasi, aritmia, dll)
Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih
cepat pada urin asam daripada urin basa
Reaksi yang merugikan : menimbulkan efek- efek yang buruk pada sistem
saraf pusat, kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan endokrin.
Dosis : Dewasa : 5-20 mg
Anak > 6 th : 2,5-5 mg/hari
2.
METILFENIDAT
Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan
keracunan depresan SSP, syndrom hiperkinetik pada anak
Efek
samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen,
nyeri kepala, Tachicardia
Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan melalui urin,
dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam
Farmakodinamik : mula- mula :0,5 – 1 jam P : 1 – 3 jam, L : 4-8 jam.
Reaksi
yang merugikan : takikardia, palpitasi, meningkatkan
hiperaktivitas.
dosis
pemberian :
Anak : 0.25 mg/kgBB/hr
Dewasa : 10 mg 3x/hr
3.
KAFEIN
Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya
pikir yang cepat, perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, untuk merangsang
pernafasan pada apnea bayi prematur
Efek
samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia,
pernafasan lebih cepat
Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren, sering
gelisah (anxious ).
Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsorbsikan dengan
cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, diekskresikan melalui urin
Reaksi
yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan
mempengaruhi SSP dan jantung.
Dosis
pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr, keracunan
obat depresan : 0.5-1 gr kafein Na-Benzoat (Intramuskuler)
4.
NIKETAMID
Indikasi : merangsang pusat pernafasan
Efek
samping : pada dosis berlebihan menimbulkan kejang
Farmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih efektif dari IV
Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan
5.
DOKSAPRAM
Indikasi : perangsang pernafasan
Efek
samping : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku,
muntah
Farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP
Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV
2.4.
JENIS OBAT –OBAT SISTEM SARAF PUSAT DAN MEKANISME KERJANYA
1. Obat Anestetik :
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit dalam bermacan-macam tindakan operasi.
a).
Anestetik Lokal
Obat yang merintangi secara reversible penerusan
impuls-impuls syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pada kegunaan lokal dengan
demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
Penggunaan
Anestetik lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya
pembedahan kecil dimana pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan. Anestetik
local dibagi menjadi 3 jenis :
a. anestetik permukaan, digunakan secara
local untu melawan rasa nyeri dan gatal, misalnya larutan atau tablet hisap
untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau leher, tetes mata untuk mengukur
tekana okuler mata atau mengeluarkan benda asing di mata, salep untuk
menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar dan suppositoria untuk penderita
ambient/ wasir.
b. Anestetik filtrasi yaitu suntikan
yang diberikan ditempat yang dibius ujung-ujung sarafnya, misalnya pada daerah
kulit dan gusi
c. Anestetik blok atau penyaluran saraf
yaitu dengan penyuntikan disuatu tempat dimana banyak saraf terkumpul sehingga
mencapai daerah anestesi yang luas misalnya pada pergelangan tangan atau kaki.
Obat – obat anestetik local umumnya yang dipakai adalah
garam kloridanya yang mudah larut dalam air.
Persyaratan
anestetik local
Anestetik
local dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut :
a.
tidak merangsang jaringan
b.
tidak mengakibatkan kerusakan
permanen terhadap susunan saraf sentral
c.
toksisitas sistemis rendah
d.
efektif pada penyuntikan dan
penggunaan local
e.
mula kerja dan daya kerjanya singkat
untuk jangka waktu cukup lama
f.
larut dalam air dengan menghasilakan
larutan yang stabil dan tahan pemanasan
Efek
samping
Efek samping dari pengguna anestetik local terjadi akibat
khasiat dari kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung ), mengakibatkan
hipersensitasi berupa dermatitis alergi.
Penggolongan
Secara
kimiawi anestetik local dibagi 3 kelompok yaitu :
1. Senyawa ester, contohnya prokain,
benzokain, buvakain, tetrakain, dan oksibuprokain
2. Senyawa amida, contohnya lidokain,
mepivikain, bupivikain,, cinchokain dll.
Semua
kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintesis.
Sediaan,
indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1.
Bupivikain
Indikasi
: anestetik lokal
2.
Etil klorida
Indikasi
: anestetik local
Efek
samping : menekan pernafasan, gelisah dan mual
3.
Lidokain
Indikasi
: anestesi filtrasi dan
anestesi permukaan, antiaritmia
Efek
samping : mengantuk
4.
Benzokain
Indikasi
: anestesi permukaan dan
menghilangkan rasa nyeri dan gatal
5.
Prokain ( novokain )
Indikasi
: anestesi filtrasi dan
permukaan
Efek
samping : hipersensitasi
6.
Tetrakain
Indikasi
: anestesi filtrasi
7.
Benzilalkohol
Indikasi
: menghilangkan rasa gatal,
sengatan matahari dan gigi
Kontra
indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek
samping: menekan pernafasan
b).
Anestetika Umum : Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi
pada pusat-pusat syaraf tertentu yang bersifat reversible, dimana seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan.
Beberapa
syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetik umum :
1.berbau
enak dan tidak merangsang selaput lender
2.
mula kerja cepat tanpa efek samping
3.
sadar kembalinya tanpa kejang
4.
berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
5.
Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan
Efek
samping
Hampir
semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping yang terpenting
diantaranya adalah :
·
Menekan pernafasa, paling kecil pada
N2O, eter dan trikloretiken
·
Mengurangi kontraksi jantung,
terutama haloten dan metoksifluran yang paling ringan pada eter
·
Merusak hati, oleh karena sudah
tidak digunakan lagi seperti senyawa klor
·
Merusak ginjal, khususnya
metoksifluran
Penggolongan
¨
Menurut penggunaannya anestetik umum
digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Anestetik injeksi, contohnya
diazepam, barbital ultra short acting ( thiopental dan heksobarbital )
2. Anestetik inhalasi diberikan sebagai
uap melalui saluran pernafasan. Contohnya eter, dll.
Sediaan,
indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1.
Dinitrogen monoksida
Indikasi : anestesi inhalasi
2.
Enfluran
Indikasi : anestesi inhalasi ( untuk pasien yang tidak
tahan eter)
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah, dan
mual3. Halotan
Indikasi : anestesi
inhalasi
Efek samping : menekan pernafasan, aritmia, dan hipotensi
3.
Droperidol
Indikasi : anestesi
inhalasi
4.
Eter
Indikasi : anestesi
inhalasi
Efek samping : merangsang mukosa saluran pernafasan
5.
Ketamin hidroklorida
Indikasi : anestesi
inhalasi
Efek samping : menekan pernafasan (dosis tinggi ), halusinasi
dan tekanan darah naik.
6.
Tiopental
Indikasi
: anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan
2. Obat Hipnotik dan Sedatif
Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang
berarti tidur, adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat
mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur, mempermudah atu menyebabkan tidur.
Sedangkan sedative adalah obat obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP
tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang.
Yang termasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah: Ethanol
(alcohol),Barbiturate,fenobarbital,Benzodiazepam, methaqualon.
Insomnia dan pengobatannya
Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh
factor-faktor seperti : batuk,rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi,
ketegangan, kecemasan, ataupun depresi. Factor penyebab ini harus dihilangkan
dengan obat-obatan yang sesuai seperti:Antussiva, anelgetik, obat-obat
vasilidator, anti depresiva, sedative atau tranquilizer.
Persyaratan
obat tidur yang ideal
1.
Menimbulkan
suatu keadaan yang sama dengan tidur normal
2.
Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain
dari system saraf pusat maupun organ lainnya yang kecil.
3.
Tidak
tertimbun dalam tubuh
4.
Tidak
menyebabkan kerja ikutan yang negative pada keesokan harinya
5.
Tidak
kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang
Efek
samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yng mirip
dengan morfin antara lain :
Ø Depresi pernafasan, terutama pada
dosis tinggi, contihnya flurazepam, kloralhidrat, dan paraldehida.
Ø Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate.
Ø Hang-over, yaitu efek sisa pada
keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan di kepala dan pikiran kacau,
contohnya golongan benzodiazepine dan barbiturat.
Ø Berakumulasi di jaringan lemak
karena umumnya hipnotik bersifat lipofil.
Penggolongan
Secara
kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :
1.
Golongan
barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital,dll.
2.
Golongan
benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan triazolam.
3.
Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan
turunannya serta paraldehida.
4.
Golongan
bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan ammonium ) dan turunan
ure seperti karbromal dan bromisoval.
5.
Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida )
dan metaqualon.
Obat
generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
1. Diazepam
Indikasi : hipnotika
dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot dan anti ansietas (obat
epilepsi).
2.
Nitrazepam
Indikasi : seperti
indikasi diazepam
Efek samping : pada pengguanaan lama terjadi kumulasi dengan
efek sisa (hang over ), gangguan koordinasi dan melantur.
3.
Flunitrazepam
Indikasi : hipnotik,
sedatif, anestetik premedikasi operasi.
Efek samping : amnesia (hilang ingatan )
4.
Kloral hidrat
Indikasi : hipnotika
dan sedatif
Efek samping : merusak mukosa lambung usus dan ketagihan
5.
Luminal
Indikasi : sedative,
epilepsy, tetanus, dan keracunan strikhnin.
3. Obat Psikofarmaka / psikotropik
Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif
pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas
mental dan perilaku, dan digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik.
Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok
:
1. Obat yang menekankan fungsi psikis
terhadap susunan saraf pusat
Neuroleptika yaitu obat yang berkerja sebagai anti psikotis
dan sedative yang dikenal dengan Mayor Tranquilizer.
Neuroleptika mempunyai beberapaa
khasiat :
1. Anti psikotika, yaitu dapat
meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau menghilangkan halusinasi, mengembalikan
kelakuan abnormal dan schizophrenia.
2. Sedative yaitu menghilangkan rasa
bimbang, takut dan gelisah, contoh tioridazina.
3. Anti emetika, yaitu merintangi
neorotransmiter ke pusat muntah, contoh proklorperezin.
4. Analgetika yaitu menekan ambang rasa
nyeri, contoh haloperidinol.
Efek
samping
a.
Gejala
ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak karena
disebabkan kekurangan kadar dopamine dalam otak.
b.
Sedative
disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,lelah dan pikiran keruh.
c.
Diskenesiatarda,
yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka (bibir, dan rahang )
d.
Hipotensi,
disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan vasolidasi.
e.
Efek
anti kolinergik dengan cirri-ciri mulut kering, obstipasi dan gangguan
penglihatan.
f.
Efek
anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi nafsu makan
g.
Galaktore
yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI secara berlebihan.
Ataraktika/ anksiolitika yaitu obat yang bekerja sedative,
relaksasi otot dan anti konvulsi yang digunakan pada gangguan akibat gelisah/
cemas, takut, stress dan gangguan tidur, dikenal dengan Minor Tranquilizer.
Penggolongan
obat-obat ataraktika dibagi menjadi 2 yaitu :
1.Derivat
Benzodiazepin
2.Kelompok
lain, contohnya : benzoktamin, hidrosizin dan meprobramat.
Obat yang menstimulasi fungsi psikis
terhadap susunan saraf pusat, dibagi 2:
a. Anti
Depresiva
dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat melawan
melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeritika yaitu menghilangkan
inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa. Secara umum anti
depresiva dapat memperbaiki suasana jiwa dan dapat menghilangkan gejala-gejala
murum dan putus asa. Obat ini terutama digunakan pada keadaan depresi, panic
dan fobia.
Anti
depresiva dibagi dalam 2 golongan :
1.
Anti
depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis dengan
efek samping gangguan pada system otonom dan jantung. Contohnya imipramin dan
amitriptilin.
2.
Anti
deprisiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan gangguan
jantung, contohnya meprotilin dan mianserin.
b. Psikostimulansia
yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan
dan prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan,
memberikan rasa nyaman dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi.
Obat yang mengacaukan fungsi mental tertentu seperti zat-zat
halusinasi, pikiran, dan impian/ khayal.
4. Obat Antikonvulsan
Obat
mencegah & mengobati bangkitan epilepsi.
Contoh
: Diazepam, Fenitoin,Fenobarbital, Karbamazepin, Klonazepam.
5. Obat Pelemas otot / muscle relaxant
5. Obat Pelemas otot / muscle relaxant
obat
yg mempengaruhi tonus otot
6. Obat Analgetik atau obat penghalang
nyeri
Obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas
disebut Antipiretika.
Atas
kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
1.
Analgetik
Perifer (non narkotik),
analgetik ini tidak dipengaruhi system saraf pusat. Semua
analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu.
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Penggolongan:
Berdasarkan
rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :
1. Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal
atau aspirin. Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, neri otot, demam.
Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan thrombosis
koroner dan cerebral.
Asetosal adalah analgetik antipirentik dan anti inflamasi
yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Efek sampingnya
yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran
cerna.
2. Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol ). Efek
samping golongan ini serupa denga salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam,
dengan mekanisme efek sentral. Efek samping dari parasetamol dan kombinasinya
pada penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
3. Golongan pirazolon(dipiron)
Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek
inflamasinya lemah. Efek samping semua derivate pirazolon dapat menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia.
4. Golongan antranilat
Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi
kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi
mukosa lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul.
Penggunaan
:
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa
nyeri tanpa memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan
ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan/atau antiradang.
Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga
pada demam (infeksi virus/kuman, selesma, pilek) dan peradangan seperti rematik
dan encok.
Efek
samping :
Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan
darah, kerusakan hati dan ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek
samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh
karena itu penggunaan anal-getika secara kontinu tidak dianjurkan.
2.
Analgetik
Narkotik, Khusus
digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker.
Nyeri
pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu:
ü Obat perifer (non Opioid) peroral
atau rectal; parasetamol, asetosal.
ü Obat perifer bersama kodein atau
tramadol.
ü Obat sentral (Opioid) peroral atau
rectal.
ü Obat Opioid parenteral.
Penggolongan
analgetik narkotik adalah sebagai berikut :
a.
Alkaloid
alam
: morfin,codein
b. Derivate semi
sintesis : heroin
c.
Derivate
sintetik
: metadon, fentanil
d. Antagonis
morfin
: nalorfin, nalokson, dan pentazooin.
Obat
generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
1.
Morfin
Indikasi
: analgetik selama dan setelah pembedahan
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut.
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/
indiksi pada over dosis.
2.
Kodein fosfat
Indikasi
: nyeri ringan sampai sedang
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/
indiksi over dosis
3.
Fentanil
Indikasi : nyeri
kronik yang sukar diatasi pada kanker
Konta indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi,
ketergantungan/indiksi over dosis
4.
Petidin HCl
Indikasi
: nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi,
ketergantungan/indiksi over dosis
5.
Tremadol HCl
Indikasi
: nyeri sedang sampai berat
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi,
ketergantungan/indiksi over dosis
Nalorfin,
Nalokson
Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat
morfin dan bersifat analgetik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau
intoksikasi obat-obat analgetik narkotik.
7. Antipiretik
adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.
8.
Obat Antimigrain
Obat yang mengobati penyakit berciri serangan-serangan
berkala dari nyeri hebat pada satu sisi.
9. Obat Anti Reumatik
Obat yang digunakan untuk mengobati atau menghilangkan rasa
nyeri pada sendi/otot, disebut juga anti encok. Efek samping berupa gangguan
lambung usus, perdarahan tersembunyi (okult ), pusing, tremor dan lain-lain.
Obat generiknya Indomestasin, fenilbutazon, dan piroksikam.
11. Obat Anti Depresan
Obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa dapat menghilangkan
atau meringankan gejala-gejala keadaan murung yang tidak disebabkan oleh
kesulitan sosial, ekonomi dan obat-obatan serta penyakit.
12.
Neuroleptika
Obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu
tanpa menekan fungsi-fungsi umum seperti berfikir dan berkelakuan normal. Obat
ini digunakan pada gangguan (infusiensi) cerebral seperti mudah lupa, kurang
konsentrasi dan vertigo. Gejalanya dapat berupa kelemahan ingatan jangka pendek
dan konsentrasi, vertigo, kuping berdengung, jari-jari dingin, dan depresi.
Obat
generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
1.
Piracetam
Obat ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua
seperti daya ingat berkurang, terapi pada anak seperti kesulitan belajar.
2.
Pyritinol HCl
Obat ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, perdarahan
otak, gejala degenerasi otak sehubungan gangguan metabolism.
3.
Mecobalamin
Obat ini diindikasikan untuk terapi neuropati perifer.
13. Obat Antiepileptika
Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu
penyakit gangguan syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya
disertai perubahan-perubahan kesadaran.
Penyebab
antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan berlebihan
pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di otak(
abses, tumor, anteriosklerosis ), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat
tertentu yang dapat memprovokasi serangan epilepsi.
Jenis
– Jenis Epilepsi :
1.
Grand mal (tonik-tonik umum )
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang
otot hebat dengan pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut
berbusa,mata membeliak dan disusul dengan pingsan dan sadar kembali.
2.
Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.
3.
Psikomotor (serangan parsial
kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanoa hilangnya ingatan
dengan memperlihatkan perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan
dalam lingkaran.
Penggunaan
1.
untuk menghindari sel-sel otak
2.
mengurangi beban social dan
psikologi pasien maupun keluarganya
3.
profilaksis/pencegahan sehingga
jumlah serangan berkurang
Penggolongan
1. Golongan hidantoin, adalah obat
utama yang digunakan pada hamper semua jenis epilepsi. Contoh fenitoin.
2. Golongan barbiturat, sangat efektif
sebagi anti konvulsi, paling sering digunakan pada serangan grand mal. Contoh
fenobarbital dan piramidon.
3. Golongan karbamazepin, senyawa
trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti konvulsif.
4. Golongan benzodiazepine, memiliki
khasiat relaksasi otot, hipnotika dan antikonvulsiv yang termasuk golongan ini
adalah desmetildiazepam yang aktif,klorazepam, klobazepam.
5. Golongan asam valproat, terutama
efektif untuk terapi epilepsy umum tetapi kurang efektif terhadap serangan
psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat didasarkan meningkatkan kadar asam
gama amino butirat acid.
Obat
generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping
1. Fenitoin
Indikasi
: semua
jenis epilepsi,kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : gangguan hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala
tremor, insomnia.
2. Penobarbital
Indikasi
: semua
jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : depresi pernafasan berat, porifiria
Efek samping : mengantuk, depresi mental
3. Karbamazepin
Indikasi
: epilepsi
semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi
sumsum tulang
Efek samping : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung
4. Klobazam
Indikasi
: terapi
tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek ansietas.
Kontra indikasi : depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia
ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
5. Diazepam
Indikasi
: status
epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi : depresi pernafasan
Efek sampin : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia,
amnesia, ketergantungan, kadang nyeri kepala.
14. Obat Antiemetika
Obat untuk mencegah / menghentikan muntah akibat stimulasi
pusat muntah yang disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui CTZ (Cheme
Receptor Trigger Zone) dan melalui kulit otak.
Penggunaan
:
Antiemetika
diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :
1.
Mabuk jalan
2.
Mabuk kehamilan
3.
Mual atau muntah yang disebabkan
penyakit tertentu seperti pada pengobatan dengan radiasi atau obat-obat
sitostatik.
Penggolongan
1.
Anti histamin
Efek samping anti histamine ini adalah mengantuk. Anti
histamine yang dipaki adalah sinarizin, dimenhidrinat, dan prometazin, toklat.
2.
Dopamin blokersinarizin
Metoklopramid dan fenotiazin
Bekerja secara selektif merintangi reseptor dopamine ke
chemo reseptor trigger zone tetapi tidak efektif untuk motion sickness. Obat
yng dipaki adalah klorpromazin HCl,perfenazin, proklorperazin dan
trifluoperazin.
Domperidon
Bekerja berdasarkan peringatan reseptor dopamine ke CTZ.
Efek samping jarang terjadi hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini dipaki
pada kasus mual dan muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.
3.
Antagonis serotonin
Bermanfaat pada pasien mual, muntah yang berkaitan dengan
obat-obatan sitostatika.
Obat
generic, indikasi, kontra indikasi, efek samping
1.
Sinarizin
Indikasi
: kelainan
vestibuler seperti vertilago, tinnitus, mual dan muntah.
Kontra indikasi : kehamilan/ menyusui, hipotensi, dan serangan
asma
Efek samping : gejala ekstra pyramidal, mengantuk, sakit
kepala
2. Dimenhidrinat
Indikasi
: mual,
muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin
Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung dan
kehamilan
Efek samping : mengantuk dan gangguan psikomotor
3. Klorpromazin HCl
Indikasi
: mual
dan muntah
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
4. Perfenazin
Indikasi
: mual
dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
5. Proklorperazin
Indikasi
: mual
dan muntah akibat gangguan pada labirin
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
6. Trifluoperazin
Indikasi
: mual
dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
15.
Obat Parkinson (penyakit gemetaran )
Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkison yang
ditandai dengan gejala tremor, kaku otot,gangguan gaya berjalan, gannguan
kognitif, persepsi, dan daya ingat. Penyakit ini terjadi akibat proses
degenerasi yang progresif dan sel-sel otak sehingga menyebabkan
terjadinya defisiensi neurotransmitter yaitu dopamin.
Gejala
– gejala Parkison dapat dikelompokan sebagai berikut :
ü Gangguan motorik positif, misalnya
terjadi tremor dan rigiditas. Gangguan negative misalnya terjadi hipokinesia.
ü Gejala vegetatif, seperti air liur
dan air mata berlebihan, muka pucat dan kaku.
ü Gangguan psikis, seperti
berkurangnya kemampuan mengambil keputusan, merasa tertekan.
Penyebab
penyakit Parkinson :
v Idiopatik
(tidak diketahui sebabnya)
v Radang,
trauma, anterosklerosis pada otak
v Efek
samping obat psikofarmaka
Penggunaan :
meskipun pengobatan parkison tidak dapat mencegah progesi
penyakit, tetapi sangat memperbaiki kualitas dan harapan hidup kebanyakan
pasien. Karena itu pemberian obat sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dan
ditingkatkan sedikit demi sedikit.
Penggolongan
Berdasarkan cara kerjanya dibagi
menjadi :
1.
Obat
anti muskarinik, seperti triheksifenidil/ benzheksol, digunakan pada pasien
dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang dopamin.
2.
Obat
anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk penyakit Parkinson
idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa.
3.
Obat
anti dopamine antikolinergik, seperti amantadine.
4.
Obat
untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine, primidon.
Obat
generic, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Triheksifenidil
Mempunyai daya antikolinergik yang dapat memperbaikintremor,
tetapi kurang efektif terhadap akinesia dan kekakuan.
2. Biperidin
Derivate yang terutama efektif terhadap akinesia dan
kekakuan, kurang aktif terhadap tremor. Efek samping kurang lebih sama.
Indikasi
: Parkinson,
gangguan ektrapiramidal karena obat.
Kontra
indikasi : retensi urine, glaucoma, tersumbatnya saluran cerna
Efek
samping : gangguan lambung usus, mulut kering, gangguan
penglihatan dan efek-efek sentral.
3. Levodopa
Levodopa terutama efektif terhadap
hipokinesia dan kekakuan, sedangkan terhadap tremor umumnya kurang efektif
dibandingkan dengan antikolinergik.
Indikasi : parkinsonisme bukan karena obat
Kontra indikasi : glukoma, penyakit psikiatri berat
Efek samping : anoreksia, mual, muntah, insomnia
4. Bromokriptin
Bekerja
sebagai antagonis dopamine, obat ini semula digunakan pada pasien-pasien
parkison hanya dimana efek-efek dopa berkurang setelah beberapa tahun dan
efeknyapun menjadi singkat, bersamaan dengan lebih seringnya terjadi efek
samping.
Indikasi
: parkinsonisme
Efek samping : gangguan lambung usus, pada dosis tinggi
halusinasi, gangguan psikomotor dll.
5. Amantadine
Obat anti influenza ini secara kebetulan ditemukan daya anti
parkisonnya.
Efek samping : lebih ringan dari levodopa, pada dosis biasa
tidak sring terjadi antara lain mulut kering, gangguan penglihatan, hipotensi
ortostatik, kadang-kadang terjadi udema mata kaki.
Mekanisme kerja melalui memperbanyak pelepasan dari
ujung-ujung saraf.
BAB III
PENUTUP
3.1. kesimpulan
Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia
yang merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain :
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya.
Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat
berdasarkan efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
Ø merangsang atau menstimulasi yang
secara langsung maupun tidak langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang
belakang beserta syarafnya.
Ø menghambat atau mendepresi, yang
secara langsung maupun tidak lansung memblokir proses proses tertentu pada
aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kee, Joyce
L dan Hayes, Evelyn R:farmakologi, pendekatan proses keperawatan: EGC,
Jakarta.1996
Tan, Hoan,
Tjay dan Raharja, Kirana: obat-obat penting, edisi keempat:1991
Muschleir,
emst, dinamika obat, edisi kelima, penerbit ITB, Bandung: 1991
Purwanto,
SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI(Data Obat DiIndonesia). Jakarta: PT.
Grafindian Jaya.
Katzung,
Bertram G.2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Kee, Joyce
L dan Hayes, Evelyn R.1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta
:EGC.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home