Kanker Paru / CA paru
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di
dalam paru atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam
paru yang abnormal dan bisa juga berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga
menjalar ke organ yang lain.
Pada awal Abad
ke-20, kanker paru
menjadi masalah global. Kanker paru merupakan kanker yang
paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang meninggal karena kanker paru-paru
setiap tahun dan kejadian global kanker paru-paru semakin meningkat (Hansen,
2008).
World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa
insidens penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di
negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker
menduduki peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit
kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah
kanker paru.
WHO World Report 2000
melaporkan, PMR kanker paru pada tahun 1999 di dunia 2,1%. Menurut WHO, Cause
Specific Death Rate (CSDR) kanker
trakea, bronkus, dan paru di dunia 13,2 per 100.000 penduduk dengan PMR 2,3%
(WHO, 2004).
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Je
nderal PPM & PL di
5
rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan
disebabkan oleh kanker paru sebesar 30%. (Depkes RI, 2004)
Tingginya
angka merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadikan kanker paru sebagai
salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kanker paru
merupakan salah satu
jenis penyakit paru
yang memerlukan penanganan dan
tindakan yang cepat
dan terarah. Penegakan
diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana
yang tidak sederhana
dan memerlukan pendekatan
multidisiplin kedokteran. Penemuan
kanker paru pada
stadium dini akan
sangat membantu penderita (PDPI, 2003)
1.2.Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk Mengetahui epidemiologi dari
Ca. Paru
2. Untuk Mengetahui definisi Ca. Paru
3. Untuk mengetahui etiologi dari ca
paru
4. Untuk mengetahui gejala dari ca paru
5. Untuk mengetahui pathogenesis dari
ca paru
6. Untuk mengetahui pencegahan dari ca
paru
7. Untuk mengetahui bentuk pengendalian
dari ca paru
1.3.Manfaat Penulisan
Penulis
berharap dari adanya penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat kebanyak pihak diantaranya sbb :
1
Bagi
penulis, memberikan gambaran mengenai kanker paru secara umum dan terperinci
2
Bagi
mahasiswa, di manfaatkan dan digunakan oleh teman-teman sebagai bahan referensi
terkait masalah Ca paru dan penerapannya pada bidang ilmu Kesehatan, selain itu
juga dapat bermanfaat sebagai bahan referensi
untuk penelitian lebih lanjut
3
Pihak
umum, sebagai bahan bacaan, sumber informasi dan referensi terkait masalah
penyakit ca paru
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Epidemiologi
Kanker paru masih
menjadi salah satu keganasan yang
paling sering, berkisar 20% dari seluruh
kasus kanker pada laki-laki deng an risiko terkena 1 dari 13 orang dan 12% dari
semua kasus kanker pada perempuan dengan
risiko terkena 1 dari 23 orang. Di Inggris rata-rata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun. Perkiraan inside nsi
kanker paru pa da laki-laki tahun 2005
di Amerika Serikat adalah 92.305 dengan
rata-rata 91.537 orang meninggal karena
kanker.
American Cancer Society mengestimasikan kanker paru di Amerika Serikat pada tahun 2010 sebagai berikut :
1
Sekitar
222.520 kasus baru kanker paru akan terdiagnosa (116.750 orang laki-laki dan 105.770 orang perempuan).
2
Estimasi
kematian karena kanker pa ru sekitar 157.300
kasus (86.220 pada laki-laki dan 71.080 pada perempuan), berkisar 28%
dari semua kasus kematian karena kanker.
Risiko
terjadinya kanker paru
sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan dan
risiko meningkat sesuai dengan usia: di Eropa insidensi kanker paru 7 dari
100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000 perempuan pada usia 35 tahun, tetapi pada pasien >75 tahun, insidensi 440 pada
laki-laki dan 72 pada perempuan.
Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas
juga dilaporkan dan hal ini terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang
bervariasi di seluruh dunia.
Menurut penelitian Widyastuti, jumlah penderita kanker paru
di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2000 ada 36 orang (7,07%), 54 orang
(12,62%) tahun 2001, 88 orang (15,52%) pada tahun 2002 (Sri Widyastuti, 2004). Penelitian yang
dilakukan Melindawati menunjukkan jumlah penderita kanker paru sebanyak 378
orang pada tahun 2004 -2008 dengan perincian pada tahun 2004 sebanyak 63
orang, tahun 2005 sebanyak 88 orang, tahun 2006 sebanyak 68 orang, tahun 2007
sebanyak 70 orang, dan tahun 2008 sebanyak 89 orang ( Melindawati, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan
menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki
tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data dari WHO,
prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5% pada tahun 2001
dari 26,9 % pada tahun 1995. Pada tahun 2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 %
pada tahun 1995. Rata - rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada
tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria
meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10- 14 tahun), ke
24,2 % (15- 19 tahun), melonjak ke 60,1
% (20 - 24 tahun). Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi
sebesar 65% antara 1995 dan 2001 – lebih
tinggi dari kelompok lain manapun. (WHO, 2001). Dapat dilihat bahwa terjadi
peningkatan prevalensi merokok dalam jangka waktu 5 tahun.
2.2.Pengertian
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok
besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain
yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur
mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan
sel - sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang
kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Menurut National
Cancer Institute(2009) , Kanker adalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel
- sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di
sekitarnya. Proses ini disebut
metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama ke matian akibat kanker (WHO, 2009)
Kanker paru adalah
pertumbuhan sel-sel kanker yang
tidak dapat terkendali dalam jaringan
paru yang dapat
disebabkan oleh sejumlah
karsinogen lingkungan terutama
asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001)
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu,
sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga
berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker.
Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya
didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi
SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer /
Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar ).
2.3.ETIOLOGI
1
Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik
yang defenitif telah ditegakkan antara
perokok berat (lebih
dari dua puluh
batang sehari) dari kanker
paru (karsinoma bronkogenik).
Perokok seperti ini
mempunyai kecenderung
sepuluh kali lebih
besar dari pada
perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang
sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali
ke pola resiko
bukan perokok dalam
waktu sekitar 10
tahun.
Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan
dalam ter dari
tembakau rokok yang jika
dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2
Iradiasi.
Insiden
karsinoma paru yang
tinggi pada penambang
kobalt di Schneeberg dan penambang
radium di Joachimsthal
(lebih dari 50
% meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya
bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi
operatif.
3
Zat-zat
yang terhirup ditempat kerja .
Terdapat insiden yang
tinggi dari pekerja
yang terpapar dengan
karbonil nikel (pelebur nikel)
dan arsenic (pembasmi
rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru
hematite) dan orang – orang
yang bekerja dengan asbestos dan dengan
kromat juga mengalami
peningkatan insiden. Contoh :
radon,
nikel, radiasi dan arsen.
4
Polusi
Udara
Mereka
yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada
mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya
karsinogen dari industri
dan uap diesel
dalam atmosfer di
kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan
gas RT, asap kendaraan/ pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah
Patologi,1997).
5
Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam
kanker paru, yakni :
a
Proton
oncogen.
b
Tumor
suppressor gene.
c
Gene
encoding enzyme.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor
tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian
susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam
anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell
death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini
sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom.
Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas
pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.
6
Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan
vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit
Dalam, 2001).
2.4.Gejala
Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru
adalah:
1. Batuk yang terus menerus atau
menjadi hebat.
2. Dahak berdarah, berubah warna dan
makin banyak.
3. Napas sesak dan pendek-pendek.
4. Sakit kepala, nyeri atau retak
tulang dengan sebab yang tidak jelas.
5. Kelelahan kronis
6. Kehilangan selara makan atau
turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
7. Suara serak/parau.
8. Pembengkakan di wajah atau leher.
Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu kentara,
sehingga kebanyakan penderita kanker paru yang mencari bantuan medis telah
berada dalam stadium lanjut. Kasusk-kasus stadium dini/ awal sering ditemukan
tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.
2.5.Patogenesis
Patogenesis kanker paru belum diketahui secara pasti. Sel
mukosal bronkial mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap
paparan kronis dari partikel yang terhirup dan kemudian melukai paru. Sebagai
respon dari adanya luka selular tersebut, maka terjadilah peradangan. Sel basal mukosal akan mengalami proliferasi dan terdiferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus. Aktivitas metaplastik terjadi akibat pergantian lapisan epitelium kolumnar dengan epitelium skuamus,
yang disertai dengan atipia selular dan peningkatan aktivitas mitotik yang berkembang
menjadi displasia mukosal. Rentang waktu proses ini
belum dapat dipastikan, hanya diperkirakan kurang lebih antara 10 hingga 20
tahun.
Jika dilihat dari manifestasi klinisnya, dapat dikategorikan
menjadi gejala intrapulmonal
intratorakal, gejala ekstrapulmonal
intratorakal,
gejala ekstrato rakal non metastasis
dan gejala ekstratorakal metastasis
1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal)
Gejala
yang paling sering
adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi sputum. Produksi sputum yang
berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel bronkoalveolar ( bronchoalveolar
cell carcinoma). Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada hampir 50%
kasus. Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi
tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding
dada atau mediastinum. Susah bernafas (
dyspnea) dan penurunan berat badan juga
sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru. Pneumonia fokal rekuren dan
pneumonia segmental mungkin terjadi karena lesi obstruktif dalam saluran nafas. Mengi unilateral dan monofonik
jarang terjadi karena adanya tumor
bronkial obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat.
2.
Manifestasi Ekstrapulmonal Intratorakal
Manifestasi
ini disebabkan oleh
adanya invasi/ekste nsi kanker paru ke struktur/organ sekitarnya. Sesak
nafas dan nyeri dada bisa disebabkan oleh keterlibatan pleura atau
perikardial. Efusi pleura dapat
menyebabkan sesak nafas, dan efusi perikardial dapat menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Tumor
lobus atas kanan atau kelenjar mediastinum dapat menginvasi atau menyebabkan
kompresi vena kava superior dari eksternal. Dengan demikian pasien tersebut
akan menunjukkan suatu sindroma vena
kava superior, yaitu nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar edema dan
kongesti, pelebaran vena-vena dada. Tumor apeks dapat meluas dan melibatkan
cabang simpatis superior dan menyebabkan sindroma Horner, melibatkan pleksus
brakialis dan menyebabkan nyeri pada leher dan bahu dengan atrofi dari
otot-otot kecil tangan. Tumor di sebelah kiri dapat mengkompresi nervus la
ringeus rekurens yang
berjalan di atas arcus aorta da n menyebabkan suara serak dan paralisis pita
suara kiri. Invasi tumor langsung atau kelenjar mediastinum yang membesar dapat
menyebabkan kompresi esophagus dan akhirnya disfagia.
3.
Manifestasi
Ekstrato rakal Non Metastasis
Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma
paraneoplastik. Biasanya hal ini terjadi bukan disebabkan oleh tumor, melainkan
karena zat hormon/peptida yang dihasilkan oleh tumor itu sendiri. Pasien dapat
menunjukkan gejala-gejala seperti mudah lelah, mual, nyeri abdomen, confusion , atau gejala yang lebih sp esifik
seperti galaktorea (galactorrhea). Produksi hormon lebih sering terjadi pada
karsinoma sel kecil dan beberapa sel menunjukkan karakter istik neuro-endokrin.
Peptida yang disekresi berupa
adrenocorticotrophic hormone (ACTH),
antidiuretic hormone (ADH),
kalsitonin, oksitosin da n hormon paratiroid. Walaupun kadar peptide-peptida
ini tinggi pada pasi en-pasien kanker paru, namun hanya sekitar 5% pasien yang
menunjukkan sindroma klinisnya. Jari tabuh (clubbing finger ) dan hypertrophic
pulmonary osteo-arthropathy (HPOA) juga termasuk manifestasi non metastasis
dari kanker paru. Neuropati perifer dan sindroma neurologi seperti sindroma
miastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan dengan kanker paru.
4.
Manifestasi
Ekstratorakal Metastasis
Penurunan berat
badan >20% da ri berat badan sebelumnya (bulan
sebelumnya) sering mengindikasikan ad anya metastasis. Pasien dengan metastasis
ke hepar sering mengeluhka n penurunan berat badan. Kanker paru umumnya juga
bermetastasis ke kelenjar adrenal, tulang, otak, dan kulit. Keterlibatan
organ-organ ini dapat menyebabkan nyeri local. Metastasis ke tulang dapat
terjadi ke tulang mana saja namun
cenderung melibatkan tulang iga, vertebra, humerus, dan tulang femur. Bila
terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat gejala-gejala neurologi, seperti confusion , perubahan kepribadian, dan
kejang. Kelenjar geta h bening supraklavikular dan servikal anterior dapat
terlibat pada 25% pasien dan sebaiknya dinilai secara rutin dalam mengevaluasi
pasien kanker paru.
2.6.Pencegahan
Prinsip upaya pencegahan lebih baik
dari sebatas pengobatan. Terdapat 3 Tingkatan pencegahan dalam epideemiologi
penyakit kanker paru, yaitu :
1. Pencegahan Primordial (Pencegahan Tingkat Pertama)
Pencegahan terhadap etiologi (penyebab) penyakit. Pencegahan
primer dilakukan pada orang yang sehat (bebas kanker).
Langkah nyata yang dapat dilakukan adalah memberikan
informasi kepada masyarakat tentang pencegahan kanker.
Upaya yang dapat dilakukan adalah Upaya Promosi Kesehatan, upaya untuk memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit kanker paru tidak dapat berkembang karena
tidak adanya peluang dan dukungan dari kebiasaan, gaya hidup maupun kondisi
lain yang merupakan faktor resiko untuk munculnya penyakit kanker paru.
Misalnya : menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa bahwa merokok itu
merupakan kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu bersikap positif untuk
tidak merokok. Seseorang
perokok yang telah berhasil berhenti 10 tahun lamanya berarti telah dapat
menurunkan risiko 30 -50 persen untuk terkena kanker paru. Selain itu,
senantiasa menjaga daya tahan tubuh melalui pola hidup sehat (olahraga teratur,
tidur cukup, hidup bebas stress serta pola makan sehat), dan makan suplemen
secara teratur.
2. Pencegahan Tingkat Kedua
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan pada
orang yang sudah sakit. Tujuannya adalah untuk mencegah perkembangan penyakit
lebih lanjut dari penyakit serta membatasi terjadinya kecacatan. Upaya yang
dilakukan adalah
a) Diagnosis Dini : misalnya dengan Screening.
b) Pengobatan : misalnya dengan Kemotherapi,
Pembedahan atau iradiasi.
1.
Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru
sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1.
Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa
tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan
biopsy.
2.
Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan
lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3.
Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma
bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4.
Resesi segmental
Merupakan
pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
5.
Resesi baji.
Tumor jinak
dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji
(potongan es)
6.
Dekortikasi.
Merupakan
pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
2.
Radiasi
Radioterapi adalah penggunaan sinar
pengion dalam upaya mengobati penderita kanker. Prinsip radioterapi adalah mematikan
sel kanker dengan memberikan dosis yang tepat pada volume tumor / target yang
dituju dan menjaga agar efek radiasi pada jaringan sehat disekitarnya tetap
minimum
3.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah upaya untuk
membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi
merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang
mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
3. Pencegahan Tingkat Ketiga
Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka
kesembuhan, angka survival (bertahan hidup), dan kualitas
hidup dalam pengobatan kanker berupa penatalaksanaan terapi rehabilitatif,
paliatif, dan bebas rasa sakit. Misalnya penderita kanker stadium lanjut
membutuhkan terapi paliatif, yaitu terapi yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien penderita kanker, baik dengan radioterapi atau dengan
obat-obatan.
2.7.Pengendalian
KANKER merupakan
salah satu penyakit penyebab kematian yang mendapatkan perhatian serius dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Beberapa program pengendalian pun
telah disusun dan diterapkan sejak lima tahun yang lalu.
Program pengendalian kanker secara terorganisir sudah
dilakukan sejak sekitar lima tahun terakhir di Indonesia, sejalan dengan
dibentuk dan aktifnya Direktorat Pengedalian Penyakit Tidak Menular di DitJen
P2PL.
Beban ekonomi pengobatan kanker tidak hanya berdampak
terhadap sistem kesehatan, tetapi juga untuk individu dan rumah tangga mereka
yang terkena kanker. Dampak ini akan dirasakan paling kuat di kelompok
sosioekonomi rendah, khususnya (meskipun tidak secara eksklusif) di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di mana jaring pengaman
sosial, seperti asuransi kesehatan universal kurang tersedia. Sebagai
konsekuensinya, kanker bisa menjadi penyebab utama kemiskinan.
Mengingat pasien kanker membutuhkan perawatan jangka
panjang, maka dibutuhkan tambahan beban ekonomi tersendiri bagi diri pasien dan
keluarga. Oleh karenanya, diperlukan upaya pengendalian dari adanya penyakit
ini.
Berikut lima kegiatan pengendalian kanker yang telah disusun
dan dilaksanakan di Indonesia :
1) Program Promotif dan Pencegahan
Penyebab utama kanker adalah penerapan gaya hidup yang tak
sehat. Maka, promotif dan pencegahan merupakan salah satu program penting
sebagai upaya pengendalian kanker.
Kementerian Kesehatan telah memperkuat sosialisasi
pengendalian kanker di berbagai daerah. Pedoman pengendalian faktor risiko
kanker telah disusun untuk petugas kesehatan, kader, anak usia sekolah, dan
masyarakat yang berisiko tinggi.
Program
promotif dan pencegahan dilaksanakan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan
lintas program, lintas sektor, organisasi pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Konten
program promotif dan pencegahan yang telah dilaksanakan meliputi Kampanye
Nasional Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan advokasi kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Upaya pengendalian merokok, peningkatan aktivitas
fisik, dan peningkatan konsumsi sayur buah telah terintegrasi dalam program
PHBS.
2) Program Deteksi dan Tindak Lanjut Dini
Deteksi dini kanker ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang
masih dapat disembuhkan, yaitu :
ü kanker yang belum lama tumbuh,
ü masih kecil, masih lokal,
ü masih belum menimbulkan
kerusakan yang berarti, pada golongan masyarakat tertentu dan pada waktu yang tertentu.
3) Surveilans dan registrasi kanker
Surveilans dan registrasi kanker merupakan langkah penting
lainnya dalam program pengendalian kanker. Surveilans Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Merupakan analisis terus menerus dan sistematis
terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya
pemberantasan penyakit tidak menular. Sedangkan tujuan registrasi kanker ialah
mengumpulkan dan mengelompokkan data penderita kanker dalam upaya
menghasilkan insidens kanker dalam populasi tertentu yang diketahui, dan
menyediakan kerangka penilaian dan pengontrolan pengaruh kanker pada
masyarakat
4) Diagnosis dan pengobatan
Pada saat ini berbagai rumah sakit di Indonesia sudah
mempunyai kemampuan untuk diagnosis dan pengobatan berbagai jenis kanker.
Diagnosis pasti kanker dengan pemeriksaan patologi anatomik dapat dilakukan di
banyak laboratorium di negara kita. Pembedahan kanker dan pemberian kemoterapi
juga sudah lama dilakukan di berbagai rumah sakit di Indonesia
5) Pelayanan paliatif
Perawatan paliatif sangat diperlukan karena sebagian besar
penderita kanker yang berada pada stadium lanjut sulit disembuhkan, sehingga
usaha mengatasi gejala dan mencukupi kebutuhan penderita, serta keluarga dalam
fase terminal menjadi penting.
BAB III
KESIMPULAN
3.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Kanker paru (Ca
Paru) merupakan penyebab kematian
utama akibat kanker pada
pria dan wanita. Kanker paru
ini meningkat dengan
angka yang lebih
besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker
payudara sebagai penyebab paling umum
kematian akibat kanker
pada wanita.
2. Kanker paru
adalah pertumbuhan sel-sel
kanker yang tidak dapat
terkendali dalam jaringan paru
yang dapat disebabkan
oleh sejumlah karsinogen
lingkungan terutama asap rokok
3. Asap rokok merupakan penyebab utama
terjadinya Ca. paru.
4. Kanker paru dapat menimbulkan
berbagai gejala klinis dan sindrom yang cukup
beragam, tergantung dari
iokasi, ukuran, substansi yang dikeluarkan oleh tumor dan metastasis ke
organ yang dikenai.
5. Ada banyak gejala yang dari penyakit
ini, gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah Batuk
yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak berdarah, berubah warna dan makin
banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang
dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara makan atau turunnya berat
badan tanpa sebab yang jelas.
6. Terdapat tiga bentuk pencegahan Ca
Paru dapat dilakukan yaitu dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier
7. Kemoterapi, pembedahan dan
radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai bentuk pengendalian
dari Ca. Paru
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z.,
2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W.,
Setryohadi, B., Alwi, I., Badan Li tbang Kesehatan, Departemen Kesehatan
RI, 2008. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Litbangkes IV. Available from
: http://www.litbang.
depkes.go.id/Simnas4/Day_2/SUMUT.pdf. [diakses 29 des 2012]
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia & WHO Indonesia, 2003. Konsumsi Tembakau &
Prevalensi Merokok di Indonesia . Available from:
http://www.litbang.depkes.go.id/tobaccofree/media/FactSheet/FactInd/7_konsumsi_prevalensi.pdf.
[diakses 29 des 2012]
Hansen, N. (2008). Adaptive Encoding: How to Render Search
Coordinate System Invariant. In Rudolph et al.
Ikhsan, M., 2008. Kanker Paru Akibat Kerja. Jurnal Respirologi Indonesia.
Marylin E doengoes. (2000). Rencana
Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien.
EGC.Jakarta
Simadibrata, M.K., Setiati, S. Ilmu
Penyakit Dalam .Ed 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Suryatenggara W, Kurniajaya H,
Swidarmoko B. 1999. Aspek Klinis Kanker Paru Dalam: Kanker Paru Diagnosis dan
Terapi. Ed. Yunus F.
FKUI.
Zuhur' S, Gani WT.1992 Beberapa Aspek Deteksi Dini Karsinoma Paru. Cermin Dunia
Kedokteran Ed. Khusus N0.80.
World Health Organisation,
2002. Health effects of smoking among young
people.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home